Tuesday, January 24, 2012

Pembebasan Sapi Impor Australia



gembala di kebun sawit
Pada pertengahan bulan Januari 2012 akhirnya Sapi Betina Bibit Brahman Cross dari Australia dinyatakan bebas oleh Drh. Danang B. Yuliarso sebagai Dokter Hewan Karantina setelah dalam pengawasan masa karantina sekitar tujuh bulan. Berdasar hasil observasi dan serangkaian pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sapi tersebut bebas dari Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya Ir. Eka Darnida Yanto, M.Si datang langsung meninjau kondisi terakhir perkembangan sapi tersebut dan menyerahkan Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan.
kunjungan rutin  karantina
Proyek percobaan tiga perusahaan skala nasional dan perusahaan asing ini menunjukkan hasil yang cukup optimal. Secara umum kondisi sapi telah beradaptasi dengan lingkungan sekitar kebun sawit. Program “pembibitan” sapi sawit ini merupakan hal yang baru di Indonesia setelah sebelumnya ada program “penggemukan” sapi sawit di pulau Sumatra. Bahkan hal ini sempat menjadi perhatian publik dan diliput NHK jepang sebab kedatangannya bersamaan dengan berita penghentian sementara pengiriman sapi Australia ke Indonesia.
Dengan adanya pembibitan sapi Brahman Cross yang langsung didatangkan dari Australia ini diharapkan dapat menyediakan sapi bibit Brahman Cross untuk penggemukan sapi sehingga diharapkan nantinya tidak perlu mendatangkan langsung sapi bibit untuk progam penggemukan sapi atau sapi potong dari Australia. Program ini tentunya sangat mendukung program Swasembada Daging Nasional yang dicanangkan pemerintah, sehingga diharapkan ini dapat terus berkesinambungan guna segera mewujudkan program pemerintah ini.
Ada banyak keuntungan yang didapatkan dari program pembibitan sapi sawit ini. Dengan metode rotasi gembala sapi digembalakan dari satu areal kebun dan dirotasikan ketika ketersediaan rumput sebagai pakan sapi mulai menipis menuju ke areal kebun baru yang ketersediaan rumput sebagai pakan sapi memadai. Disamping ketersediaan pakan yang langsung dari alam sehingga tidak perlu menyediakan pakan. Perawatan kebun juga lebih ringan sebab rumput liar di sekitar pohon kelapa sawit sebagian besar sudah dimakan sapi yang digembalakan.
kunjungan akhir karantina
Selama masa karantina sepuluh ekor sapi mati dikarenakan kondisi yang menurun akibat kelelahan perjalanan dan adaptasi terhadap lingkungan baru diantaranya akibat timpani dan disentri.  Akan tetapi dari sapi betina bibit bunting ini juga telah bertambah dengan kelahiran 227 ekor pedet. Kondisi pedet secara umum juga dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan metode rotasi gembala yang dilakukan di areal kebun sawit.

No comments:

Post a Comment